Tema : Pengorbanan
Pada suatu hari di sebuah desa, tinggal lah seorang petani yang setiap hari bekerja di sawah milik seorang saudagar kaya. Dengan jumlah penghasilan,
yang ia dapatkan setiap
harinya, dia berhasil membawa istri dan anaknya
tinggal di dalam gubuk, dia juga berhasil membuat istri dan anaknya selalu kelaparan
setiap hari.
Dibalik
keberhasilannya, ada satu hal yang tidak berhasil ia
lakukan. Dia gagal menghasilkan sebuah
kebahagiaan dalam kehidupannya..
Dan ternyata, selama beberapa tahun dia selalu menabung sebagian uangnya untuk
membeli sebuah mesin tik, yang mana akan ditujukan untuk bisa membantu anaknya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
Jaya : (sembari berjalan lalu duduk)” Bu,aku mau
diskusi sesuatu sama ibu.”
Tuti : “ Ada apa toh pak?”
Jaya : “ Gini lho bu, aku punya ide, aku udah menyisihkan beberapa uang untuk
ditabung. Dan aku
sudah punya rencana, untuk membelikan Ucok
sesuatu.”
Tuti : “ Sesuatu apa itu pak? “
Jaya : “ Aku ingin membelikan Ucok sebuah mesin
tik. Supaya bisa membantunya supaya dapat
berprestasi di sekolah”
Tuti : “ Oh... tapi pak, apa kita masih punya
cukup uang untuk kebutuhan sehari-hari?”
Jaya : “Tenang saja bu, aku sudah menyisihkan uang
untuk hal itu.”
Tuti : “Oh, yasudah lah kalau, aku sih setuju
saja.”
Cukup terdengar keren dan hampir mustahil untuk seorang petani. Tapi
kenyataannya, dia benar benar bisa membelikan anaknya sebuah mesin tik..
Jaya & Tuti : (memanggil) “ Ucok, sini sebentar nak..”
Ucok : “ada apa ya, pak, bu?”
Tuti : “coba deh kamu buka kotak
ini”
Ucok : “apaan nih bu? Ucok buka ya..”
Lalu, Ucok membuka kotak tersebut...
Ucok : “wah apa nih? Mesin tik? Buat
Ucok?”
Jaya : “iya, ini buat kamu nak..”
Ucok : “wah, terima kasih pak, bu”
Jaya : “iya sama-sama, semoga
berguna buat kamu ya..”
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari, sang petani pulang dari sawah,
dan kemudian masuk ke dalam gubuk, lalu dia melihat anaknya sedang asyik
bermain dengan mesin tik nya itu.
Jaya : “Hey ucok, kau dari tadi main saja dengan mesin tik. Mau jadi apa
kau kalau
hanya
bermain dengan alat
itu.”
Ucok : “Bapak ini bagaimana sih, aku ini kan sedang latihan untuk sesuatu yang besar dan
berharga”
Jaya : “Daripada kau kerjanya ngetik ngetak
ngetok ngetek ngetuk saja daritadi, lebih baik
bantu bapak macul di sawah dan mandiin kerbau. Tuh si Bruno belum mandi.”
(Nunjuk kerbau)
Ucok : “ini tuh bukan sembarang mengetik pak, melainkan ini hal yang
sungguh saya sukai.
Bapak ini bisanya hanya marah-marah terus.”
Jaya : “Kau ini, bisanya hanya mengetik
hal yang tak penting. Macam makan batu saja
kau, tak akan ada hasil sama
sekali.
Sudah lah, Bapak mau kerja”
Sepeninggal Jaya
bekerja, Ucok mengadu kepada sang Ibu..
Ucok : “bu, ibu....”
Tuti : “ada apa, nak?”
Ucok : “Ucok kesal sama Bapak, masa Ucok lagi main mesin tik diomeli bapak. Kan Ucok
sangat menyukai membuat tulisan, itu hobby Ucok, bu..”
Tuti : “Yasudah nanti Ibu bicarakan dengan bapak secara baik-baik”
Ucok : “baiklah bu..”
Yang dikatakan anaknya sebenarnya adalah benar, dia tidak sekedar
hanya bermain-main dengan mesin tik. Memang
sebenarnya Jaya tau bahwa anaknya senang dengan dunia tulisan dan ingin
mengembangkan bakatnya sebagai penulis. Anaknya pun sudah melakoni bakatnya ini, namun beberapa
kali Jaya melarang dan mencegah bakatnya, entah apa alasannya.
Keesokan hari di sekolah setelah proses belajar mengajar Ucok
bertemu dengan sang gebetan dan temen curhatnya yaitu Nikita..
Ucok : “Hai Nikita, aku boleh curhat nggak?”
Nikita : “Hai Ucok, boleh kok, sini kamu mau cerita apa?”
Ucok :
“Jadi begini nik, Bapakku ini sukanya marah-marah terus. Ngga suka sama hobby
aku nik. Hobby aku kan membuat tulisan.”
Nikita : “Ya sudah, kamu sabar aja cok,
itu kan buat kebaikan kamu juga”
Ucok :
“Tapi nik, aku cukup
terbebanin dengan hal ini, sungguh, demi Allah. aku itu
mau jadi orang besar seperti
bento.”
Nikita : : Ya kalau kamu mau seperti
bento, ya kamu usaha dong dari sekarang”
Ucok : “Terus apa yang harus aku jelaskan ke bapak dan ibu aku nik?”
Nikita : “Coba saja dengan bicara baik-baik sama kedua orang tua
kamu. Ibu kamu kan sudah pengertian, semoga aja bapak kamu juga begitu. Kalau bapak kamu marah lagi, ya kamu jangan malah marah lagi ke beliau.
Jadi kamu harus sabar menjelaskannya”
Ucok :
“Iya makasih nik, memang kamu yang terbaik deh.”
Masih di hari yang sama, di waktu yang hampir bersamaan, seusai Pak Jaya melakukan semua
tugasnya di sawah, ia menemui temannya yang sekaligus menjabat sebagai
seorang pak Lurah di
desanya, Pak Faisal. Dan
ternyata, dia menemui pak Lurah untuk curhat mengenai persoalan bakat yang dimiliki oleh anaknya.
Jaya : “Assalamualaikum pak, lagi sibuk ya?”
Pa Lurah :
“Waalaikumsalam Jaya, saya tidak sibuk, sedang merapihkan berkas-berkas
saja.
Ada apa ya Pak Jaya?”
Jaya :
“Oh ya, kan saya dan bapa sudah berteman sudah lama sejak SD, saya ingin
bertanya sekaligus curhat pa.”
Pa Lurah :
“Curhat masalah apa ya?”
Jaya :
“Masalah bakat anak
saya pak, anak saya ini gemar sekali menulis dan
sepertinya
dia berbakat dibidang tulis
menulis, tetapi saya agak sedikit khawatir.”
Pa Lurah :
“Khawatir soal apa ya pak?”
Jaya :
“Masalah biayanya pak, biayanya tidak mencukupi. Apalagi saya dulu juga pernah
kuliah di bidang pertanian.
Namun berhenti akibat biaya. Saya tidak mau hal
tersebut terjadi pada anak saya. Saya bukannya bermaksud galak kepada dia,
melainkan saya takut dia kecewa
berat pa.”
Pa Lurah : “Kalau memang begitu, sebaiknya Pak Jaya jangan melarang, biarkanlah
saja anak
anda melakukan kegemarannya.
Barangkali dia mendapatkan hadiah atau mungkin
beasiswa untuk orang seperti Pak Jaya ini.”
Jaya :
“Kalau beitu sebaiknya saya pamit pulang dulu ya Pa Lurah, maaf telah
menggangu
kesibukannya”
Pa Lurah :
“Tidak apa - apa. Iya mari.”
Suatu hari di sekolah,
Ucok mendapat
undangan olimpiade dari pemerintah. Tentunya, hal itu menjadi perhatian bagi Ucok untuk mengikuti lomba tersebut. Lalu dia memberitahu sahabatnya, Nikita, tentang lomba
tersebut.
Ucok : “Nik, liat apa yang aku dapat.”
Nikita : “Apaan tuh cok, coba diliat dalamnya apa? Barang
kali daftar hutang kamu”
Ucok : “Bercanda aja kamu ini nik, coba dibuka.”
Setelah suratnya dibuka dan isinya……
Ucok : “Nik liat aku dapat hal yang aneh.”
Nikita : “Apaan tuh?”
Ucok : “aku diundang untuk mengikuti olimpiade menulis.”
Nikita :
“Serius?? Wah selamat ya cok, ngga sia sia kamu setiap hari kena marah bapak
kamu. aku pasti akan mendukung kamu.”
Ucok :
“Iya nik. Makasih ya.”
Nikita : “kalau begitu, lebih baik
sekarang kita menemui Bu Guru, supaya kamu bisa langsung mendaftar olimpiade
itu”
Ucok : “ayo”
Mendengar percakapan Ucok dan Nikita, Chintya pun merasa panas.
Pemimpin geng yang merasa dirinya tercantik di satu kelas ini datang melabrak..
Chintya :
“Hah!!! Kagak salah dengar gw!!!! Orang jelek dan bodoh bahkan seorang anak
petani lolos ke olimpiade!!
Jurinya sedeng kali ya wkwk...”(tertawa puas)
Nikita :
“kamu tuh seharusnya bersyukur,teman kita ada yang masuk
olimpiade.
Dia bisa bikin nama sekolah kita harum.”
Chintya : “Helooooo ngaca dong Ucok tuh ngga pantas, apalagi dia pakai alat
yang jadul dan
kamsuepay dah. Lu kira ini
acara pedesaan, ini tuh olimpiade buat anak orang
kaya macam gw.”
Ucok :
“Sudah-sudah kalian jangan berantem, malu-maluin aja kalian ini. Sudahlah nik,
jangan bertengkar macam kucing dan anjing.”
Chintya :
“Sudahlah cok, lu mending mundur, daripada malu-maluin sekolah kita ini. Ini
lomba tuh khusus buat gw yang
elit dan gaul. Iyuh anak petani mau ikutan lomba
macam gini, ngaca dulu looo,
baru ngikutin acara ini.”
Nikita :
“Setiap orang boleh dong mengharumkan nama sekolah, memangnya kamu pikir kamu siapa melarang-larang Ucok ?”
Ucok :
“ Sabar-sabar kalian berdua, malu dilihatin orang.”
Nikita :
“Untung aja disini rame, kalau nggak...”
Chintya :
“Ayo kalo lu berani mah, lu jual gw
beli.”
Ucok :
“Sudah-sudah, kalian ini sudah dewasa masih kaya anak kecil. Yuk nik ke ruang
guru daripada kita kepanasan disini”
Chintya :
“Udah sana ngadu, dasar anak cengeng, wkwkwk.”
Ucok dan Nikita tiba di Ruang Guru..
Ucok : “Assalamualaikum ibu guru.”
Bu Guru : “Waalaikumsalam, ada apa
kalian?”
Nikita : “Ini bu,
si Ucok mau daftar lomba olimpiade.”
Bu Guru :
“Baguslah, Ucok inikan murid berprestasi di bidang sastra. Saya harap kamu mau
mengikutinya. Bagaimana ucok?”
Ucok : “Saya mau ikut bu, tapi…….”
Nikita : “Ngga usah pake tapi-tapian kenapa cok. Udah daftar aja
sekarang. kenapa lama-
lama?”
Ucok : “Bukan itu melainkan agak susah.”
Bu Guru :
“Agak susah kenapa? Sebelum kalian daftar, saya kasih tahu peraturannya. Disini
di
wajibkan untuk mendapatkan izin
dari orang tua.”
Ucok : “Nah itu dia bu, bapa saya tidak dapat memberikan
izin tersebut.”
Nikita sang teman terdekat pun
berfikir dan memutar otak..
Nikita : “
Bagaimana dengan tanda tangan
palsu? Apakah diizinkan bu?”
Bu Guru :
“Bukannya saya melarang,tapi kamu harus minta izin kepada orang tua secara baik-
baik.”
Ucok : “Susah bu,
demi allah bapak saya orangnya keras”
Nikita : “Ibu,
ucok inikan anak berbakat, jadi izinkan saja ya bu?”
Bu Guru :
“Oke kalau begitu saya izinkan kalian menggunakan tanda tangan palsu dari bapaknya ucok. Tapi dengan satu syarat, saya
ingin kamu menang. Bisa??
Ucok : “Ok bu.”
Bu Guru : “Mulai dari sekarang kamu diterima dan mulai besok kita
akan intens belajar.
Jangan sampai lupa ya nak
Ucok.”
Ucok :”baik bu”
Pada keesokan harinya, Bu Guru mengajarkan dengan intens terhadap Ucok...
Ucok : “Bu, saya ingin bertanya apakah hal ini bisa
dilakukan di karya ilmiah.”
Bu Guru :
“Hal tersebut bisa dilakukan cok, tapi kamu harus berhati-hati dengan segala
sesuatu yang ada dalam karya tulis
kamu. Karena tanda
baca yang kamu pelajari
di kelas juga harus kamu hapalkan”
Ucok :
“Siap bu”
Setelah 10 menit, Ucok pun memberikan
hasil belajar kepada gurunya..
Ucok :
“Bu coba diperiksa dulu karya
tulis saya, apa ada yang harus diperbaiki?”
Bu Guru :
“Ok, tapi ini agak diperbaiki lagi ya cok. Tanda baca, judul maupun tema dari karya
kamu agak sedikit melencong. Coba kamu kembangkan lagi konsepnya. Jangan
bersifat monoton. Kalau memang mau
dinamis ya harus dinamis,
tetapi kalau statis
ya kamu juga ngga boleh bergerak kemana - mana”
Ucok :
“Jadi ini ngulang bu?”
Bu guru : “Diulang saja ya nak ucok, saya tinggal ke kantor dulu ya. Kamu lanjutkan.”
Ucok :
“Siap bu.”
Setelah berhari-hari Ucok melakukan bimbingan yang cukup intens.
Perlombaan tinggal menghitung hari. Chintya sang penyihir di sekolah merasa iri terhadap Ucok. Chintya pun
memiliki akal busuk terhadap Ucok..
Chintya : “Sepertinya gw harus melakukan sesuatu nih.
Pokoknya Ucok si anak petani yang
kamsuepay dan jorok itu harus
mundur dari perlombaan.”
Chintya akhirnya mempunyai akal, disaat Ucok sedang bimbingan
terhadap Bu Guru, dia akan merusak mesin tik tersebut.
Didalam bimbingan..
Ucok : “Bu beberapa hari lagi saya akan mengikuti olimpiade, doakan saya ya bu.”
Bu guru : “Saya akan mendoakan kamu cok, tapi ingat
menang atau kalah itu ada di
keputusan Allah, kamu cukup
bertawakal dan usaha. Juri hanya perantara.”
Ucok : “Siap bu.”
Bu Guru : “Apakah kamu sudah hafal apa yang sudah menjadi bahan pembelajaran 1 bulan
yang lalu?”
Ucok : “Sudah bu, pertama yaitu konsep, tema, definisi
harus ada dalam karya saya. Lalu
karya tersebut harus memiliki karakter dibandingkan dengan karya
tulis yang
lainnya. Karya saya harus
memiliki vocal point, vocal point ini ialah hal yang paling
menonjol dari karya tulis yang
saya buat. Apa ada yang masih kurang bu?”
Bu Guru : “jangan lupa 5 W + 1 H dalam karya tersebut. Ibu doakan
semoga sukses dengan
mesin tik kamu itu, untuk merayakan hal
tersebut kamu saya ajak
ke kantin.”
Ucok : “Ok”
Disaat mereka berdua pergi ke kantin, Chintya melakukan hal buluk
tersebut..
Chintya : “Mumpung nggak ada ucok, gw rusak nih mesin tik yang
jelek ini.”
Prentanggggg mesin itu pun rusak dan Chintya kabur. Setelah hal
itu Ucok dan Bu Guru kembali dan terlihat kaget. Terutama Ucok, pacar
pertamanya yaitu mesin tik rusak dan meninggalkannya. Nikita pun datang ke ruang bimbingan dan menemukan Ucok
dirundung awan gelap..
Bu guru : “ Loh ini mesin tik
kamu kenapa cok? kok jadi rusak begini?”
Ucok : “Saya juga ga tau bu, gimana
ini”
Nikita : “Ada apa cok?”
Ucok : “Mesin tik aku rusak nik, aku ngga bisa belajar lagi.”
Nikita : “Sudahlah cok, aku turut prihatin
juga ya. kamu jangan
bersedih, mesin tik hanya
sebagai perantara dari
karya-karya kau yang sungguh menakjubkan.”
Ucok : “kamu memang yang terbaik nik. Hehe.”
Nikita : “Sudah ayo semangat, jangan patah arang.”
Sudah 2 hari ini Ucok hanya bisa menulis dengan tangannya, mesin
tik sudah tidak menemaninya lagi. Dia hanya ditemani dengan secarik kertas, sebuah bolpoint dan terangnya
cahaya bulan. Orang tua dari si Ucok pun heran dengan tidak adanya aktivitas
bunyi mesin tik. Tak tok tak tok. Itulah suara yang sehari-sehari terdengar dikala
malam telah menjemput matahari, namun suara tersebut sudah tidak terdengar
lagi. Demi mencari tau mereka, orang tua Ucok menemui Nikita teman dekat Ucok.
Jaya : “Apakah kamu nak Nikita?”
Nikita : “Benar saya Nikita, ada apa ya pak?”
Jaya : “kami orang tua nya Ucok, kami mau nanya nih, kami merasa
sepertinya ada
janggal dari Ucok.
Sudah lama kami tidak mendengar suara mesin tik nya Ucok
dirumah, kira-kira
kenapa ya?
Nikita :
“oh,
jadi begini pak, bu, Mesin tik itu telah rusak karena dibanting oleh
seseorang yang tidak diketahui hingga sekarang.”
Tuti : “ya ampun, benar begitu?
Nikita : “Iya betul bu, jadi dia merasa kurang percaya diri dalam mengikuti
lomba
olimpiade”
Jaya : “hah? Olimpiade? Ucok ikut olimpiade?”
Nikita : “iya pak, sudah 1 bulan ini, Ucok berlatih dibawah
bimbingan bu guru”
Tuti : “oh jadi begitu, tapi kenapa dia gak cerita yah..?”
Nikita : “iya, soalnya Ucok takut tidak diizinkan oleh Bapak.”
Jaya : “oh, yasudah lah kalau
begitu, terima kasih ya infonya”
Nikita : “iya sama sama pak, saya
permisi dulu ya..”
Sepeninggal Nikita..
Tuti : “aduh kasian Ucok kalau
sampai tidak jadi ikut olimpiade, bagaimana ini pak?”
Jaya : “hm...tenang bu, bapak punya
ide. Lebih sekarang kita pulang, nanti kita bicarakan
dirumah..”
Pada hari perlombaan, Ucok bermaksud
datang ke tempat perlombaan untuk membatalkan registrasinya. Tetapi, Bu Guru datang, dan
memberikan mesin tik kepada Ucok..
Bu Guru : “Ucok, tunggu sebentar”
Ucok : “ada apa bu?”
Bu Guru : “bawa ini bersama mu”
Ucok : “apa ini bu? Hah? Mesin tik?
Milik siapa ini bu?”
Bu Guru : “nanti saya jelaskan, lebih baik
kamu cepat masuk ke ruang perlombaan, perlombaan sudah mau di mulai”
Didalam ruang kompetisi, Juri mengomentari satu persatu dari hasil
karya tersebut, dan tibalah karya Ucok yang di komentari..
Juri : “Kamu ucok?”
Ucok : “Betul pak, bagaimana dengan karya tulis saya?”
Juri :
“Kamu sudah hampir sempurna. Namun, kamu terlalu memaksakan apa yang
sudah kamu bentuk melalui ide
dasar. Coba kamu kembangkan tetapi tidak
melenceng dari teks karya
tersebut, menjadikan karya kamu sempurna. It’s ok.”
Ucok : “Apakah saya lolos?”
Juri :
“Kita lihat saja nanti, semoga kamu lulus dan juri lain merasakan apa yang saya
rasakan terhadap karya kamu”
Ucok : “Terima kasih, pak.”
Juri : “kalau begitu, kamu boleh meninggalkan ruangan ini..”
Pengumuman pun tiba, 10 finalis dipanggil untuk masuk final..
Juri :
“Ok waktunya tiba, urutan pertama ialah Rudi Saifullah dari SMK Sejahtera
Abadi,
lalu Sari Setiawati dari SMAN 2
Lontok, lalu Angelina Sherly dari SMA Kristen
Satria, Lalu Zaenal Abidin dari SMA Terpadu 1, Lalu SMA 3
Kejayaan diwakili 2
peserta yaitu Dani Pustanto dan
Guliano Mateo. Pengumumannya akan
dilanjutkan setelah break”
Ucok : “Aduh tinggal 4 peserta lagi, aku masuk lolos tidak ya.”
Nikita : “kamu harus yakin cok, kamu pasti lolos kok, kita kan selalu
mendukung kamu”
Bu Guru :
“betul nak Ucok,kamu tenang saja,belum tentu kamu tidak lolos,kamu
harus yakin”
Ucok :
“baik bu”
Juri pun kembali
datang…
Juri :
“Ok saatnya nama berikutnya, di nama berikut ini kami mengalami perdebatan
hebat, dikarekan kami memiliki
pandangan yang berbeda-beda. Okay, nama
selanjutnya ialah Kahuluho
Saroso dari SMA Kertajayasa, lalu Claudia Stewart
dari SMA Jaya Raya, Muhammad Galih Sugiharto dari SMK Ketulusan Maju dan nama terakhir ialah Ucok Rajasa dari
SMA Karya Bakti. Itulah nama-nama yang masuk final. Final akan diadakan jam 13
: 00.
Sekian dan terima
kasih.
Bu Guru : “Selamat ya nak Ucok, sebentar lagi final dan kamu akan mendapatkan juara.
Sekarang kamu istirahat ya.”
Ucok : “ baik bu “
Nikita : “Betul cok, aku traktir minum deh, nanti kalo kamu menang, kan hadiahnya bisa di
bagi-bagi, hehehe”
Ucok : “yaudah, yuk kita ke kantin..”
Final pun dimulai. Skill mereka dalam hal mengetik dan mengungkapkan ide diuji di babak final tersebut. Dan diawasi langsung oleh 5 orang juri..
Beberapa jam kemudian, babak itu pun berakhir. Ucok merasa lega dan segar
bercampur stres dan deg-degan. Hasil final akan diumukan pukul 16:00...
Nikita : “Ucok, bagaimana finalnya?”
Ucok : “Waduh deg-degan nik, oh ya aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
Nikita : “yaudah ngomong aja cok”
Ucok : “Jadi gini nik, maaf banget ini soalnya ini memang
mendadak, aku juga nggak bawa
apa-apa. Tapi, kalau aku boleh jujur, aku suka sama kamu dari awal kita bertemu.
Terima kasih atas apa yang
telah kamu lakukan kepada aku, tapi sejujurnya dari
lubuk hati yang terdalam. kamu mau ngga jadi pacar aku?
Nikita :
“aku
gatau mau ngomong apa, tapi aku mau kok jadi pacar kamu. Aku juga udah
suka sama kamu dari
awal kita ketemu.”
(sambil tersenyum)
Ucok : “hah beneran? Jadi kita
pacaran?”
Nikita : “iya”
Ucok : “yah, walaupun aku gak menang
di kompetisi ini, paling nggak aku udah menang di
hati kamu..”
Nikita : “tapi kamu harus optimis, kamu
pasti menang cok. Aku selalu dukung kamu..”
Ucok : “makasih ya nikita, kamu
memang yang terbaik..”
Hari itu adalah hari bersejarah buat Ucok dan Nikita. Pada saat
itu pula Ucok masih menunggu hasil pengumuman dari para juri.
Juri pun datang dan segera mengumumkan
pemenangnya..
Juri :
“Masih pada semangat (nada semangat). Ok ini adalah hasil dari semua babak,
mulai dari eliminasi hingga babak final dan kami menemukan the big six dari
provinsi ini. Oke, ini adalah
pemenangnya. Juara harapan 3 ialah Muhammad Galih Sugiharto dari SMK Ketulusan,
juara harapan 2 ialah Angelina Sherly dari SMA Kristen Satria, Juara harapan 1
ialah Dani Pustanto dari SMA 3 Kejayaan. Lalu juara 3 jatuh kepada Kahuluho
Saroso dari SMA Kertajayasa, juara 2 ialah Rudi Saifullah dari SMK Sejahtera
Abadi. Dan juara 1, juara ini ialah yang tidak diunggulkan dan SMA ini belum pernah masuk menjadi juara,
juaranya ialah Ucok Rajasa dari SMA Karya Bakti. Selamat atas Ucok yang
berhasil mendapatkan juara 1. Selamat kepada para pemenang!!!!!!!
Ucok :
“Yess
aku menang,
makasih Nikita dan Bu Guru. Atas dukungan kalian saya bisa
menjadi juara 1 dan menjadi
juara pertama dalam olimpiade ini.
Bu Guru :
“Iya sama-sama.”
Nikita :
“Selamat Ucok.”
Ketika mereka sedang
berbincang, salah satu juri menghampiri mereka..
Juri :
apa benar kamu yang bernama Ucok ?
Ucok : benar itu saya, ada apa ya pak
?
Juri : jadi begini, saya tertarik
untuk merekrut kamu di perusahaan saya. Jika kamu berminat, kamu bisa datang ke
perusahaan saya besok, ini kartu nama saya.
Ucok : yang benar pak ? wah saya
sangat tertarik, baiklah kalau begitu, besok saya akan datang ke perusahaan bapak.
Juri : baiklah, saya permisi dulu
ya..
Ucok : iya, terima kasih banyak ya
pak..
Ucok : oh iya bu, saya ingin
mengembalikan mesin tik yang ibu pinjam kan kepada saya
Bu Guru : itu bukan milik saya cok. Itu milik
bapak kamu, tadi pagi sekali beliau datang dan memberikannya kepada saya untuk
diberikan kembali kepada kamu.
Ucok : yang benar bu ?
Bu Guru : benar, nak ucok. Nah, lebih baik
sekarang kita pulang, sudah sore
Ucok & Nikita : baik bu
Mendengar cerita dari bu guru,
Ucok pun langsung pulang ke rumah dengan terburu-buru..
Ucok :
“Assalamualaikum, Ibu dan Bapak...
Ada kabar baik bu, pak.
Ini,Ucok juara 1 olimpiade.”
Tuti + Jaya :
“Selamat ya nak, selamat.”
Ucok :
“Tadi kata bu guru, ini mesin tik dari bapak sama ibu. Sebenarnya, bagaimana
bisa bapak sama ibu membelikan mesin tik lagi untuk aku? dan darimana kalian
tahu kalau saya mengikuti Olimpiade?”
Jaya :
“Nak, dengarkan
baik baik. Tentulah bapak sangat peduli sama kamu. Di saat genting seperti
kemarin,tidak akan bapak dan ibu tinggal diam dengan kondisi kamu dan mesin tik
kamu seperti kemarin. Bapak mengorbankan bruno (kerbau) untuk dijual agar bapak
bisa belikan kamu mesin tik baru untuk menghadapi olimpiade. Itu semua agar...
Ucok : “Bapak menjual Bruno?! Tapi
bagaimana dengan..”
Tuti : “Sudah nak. Tidak ada yang
perlu engkau khawatirkan.Insyaallah kita tidak akan kekurangan, setidaknya pengorbanan kita tidak
sia sia dengan persembahan kemenangan kamu hari ini.”
Jaya : “Nak, bapak tau selama ini
mempunyai hutang kebahagiaan yang belum pernah sempat bapak lunasi pada kamu. Setidaknya,
bapak tidak mau kamu terpuruk lagi dalam lomba yang kamu gemari itu, bapak
ingin kamu bahagia dengan bisa mengikuti lomba itu dengan lancar. Iya kan bu?”
Tuti : “Setidaknya sekalipun kamu
tidak menang, tapi memiliki anak yang bersemangat dan berbakat seperti kamu
sudah membuat kami bahagia, dan mengorbankan kerbau kita untuk memberikanmu
mesin tik adalah sesuatu yang pantas.”
Jaya : “Semoga kesedihan kamu bisa
terobati dengan kemenangan ini, dan bisa tumbuh menjadi anak yang baik, setidaknya
lebih baik dari bapak”
Mendengar hal itu, Ucok pun terharu dan merangkul bapak
dan ibu nya sembari ia meminta maaf atas prasangka buruk terhadap mereka selama
ini, terutama kepada bapaknya.
Setelah itu, kehidupan mereka menjadi lebih baik terutama
setelah Ucok diterima di perusahaan besar dan bergengsi. Berdasarkan rujukan
juri lomba olimpiade..